Drama Foto Viral Raja Juli Main Domino Jadi Bumerang: Berujung Klarifikasi dan Minta Maaf ke Prabowo

JAKARTA, JagoanBlog.com Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni yang fotonya viral tengah bermain domino bersama eks Pembalak Liar Aziz Wellang, menyampaikan permintaan maaf.
Permintaan maaf disampaikan kepada Prabowo usai ia mengklarifikasi momen yang terjadi pada 1 September 2025 tersebut.
Adapun dalam foto yang viral, terdapat Raja Juli dan eks Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding, yang dua hari lalu masih menjabat sebagai menteri.
Raja Juli terlihat memakai baju batik, sementara Karding memakai baju putih.
Sementara Aziz diketahui tidak lagi berstatus tersangka usai Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat mengabulkan permohonan praperadilan pada 9 Desember 2024.
Mulanya, janji bertemu
Dalam klarifikasinya, baik Raja Juli maupun Karding menyatakan momen itu terjadi saat sudah berjanji bertemu untuk mengobrol.
Pertemuan akhirnya terjadi di Posko KKSS (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan) tempat para pengurus berada, di mana Karding yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) KKSS juga berada di tempat yang sama.
Kala itu, seluruh pengurus datang, di antaranya Wakil Ketua Umum KKSS Andi Rukma Nurdin dan Andi Bohar;
Wakil Bendahara Umum KKSS Aziz Wellang, hingga Wasekjen KKSS M Fachri.
Ada pula Wakil Kepala Sekretariat KKSS Riswan serta Staf Sekretariat KKSS Abdul Rahman dan Marwah.
“Saya memang berencana datang dan bertemu Menteri Kehutanan Raja Juli untuk ngobrol santai. Awalnya saya mau datang ke tempatnya Raja Juli. Tapi Raja Juli memilih mendatangi saya,” ujar Karding dalam keterangan resmi yang diterima JagoanBlog.com, Minggu (7/9/2025).
“Saya saja yang ke tempat abang,” ucap Karding menirukan pernyataan Raja Juli.
Keduanya kemudian berbincang di ruangan yang terpisah dari pengurus dan anggota KKSS lainnya.
Diskusi itu terus berlanjut hingga menjelang tengah malam, sekitar pukul 23.30 WIB hingga akhirnya Raja Juli pamit pulang.
Saat hendak pulang, Raja Juli diajak bermain domino.
Pintu keluar dari ruangan yang mereka tempati kebetulan melewati para pengurus KKSS yang sedang bermain domino.
Raja Juli diajak bermain domino bersama Aziz Wellang dan Andi Bohar sebelum meninggalkan lokasi.
Ia pun menyanggupi dan ikut bermain sebanyak dua set ditemani Karding.
"Yang ikut main, Pak Aziz dan Andi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PORDI,” jelas Karding.
Adapun foto yang kini beredar diambil pada saat bermain domino.
Foto itu dikirim ke WhatsApp Grup Persatuan Olahraga Domino Indonesia (PORDI) dan KKSS.
Mengaku tidak kenal
Meski main domino bersama, Raja Juli mengaku tidak kenal dengan Aziz Wellang.
Yang ia kenal di sana hanyalah Karding.
Raja menyebut, dirinya baru tahu dari pemberitaan mengenai sosok Aziz Wellang.
"Saya tidak kenal dengan dua pemain lainnya. Tidak ada juga pembicaraan soal kasus apapun pada saat itu," ujar Raja dalam akun Instagram resminya, Minggu (7/9/2025).
Senada, Karding menekankan bahwa di ruang permainan itu tidak ada satu pun orang yang dikenal oleh Raja Juli selain dirinya.
“Di dalam ruangan itu, yang dikenal Raja Juli cuma saya karena seluruh yang hadir adalah pengurus KKSS. Setelah itu, Raja Juli pamit pulang tanpa ada diskusi dengan pengurus KKSS yang lain,” beber Karding.
Raja Juli ke Istana
Beberapa saat setelah foto viral, Raja Juli terlihat menyambangi Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa (9/9/2025) kemarin.
Ia datang untuk menghadiri rapat terkait kawasan hutan hingga cadangan pangan dan energi.
Meski kedatangannya tak terkait langsung, Raja Juli menyampaikan permohonan maaf kepada Presiden Prabowo Subianto dan masyarakat Indonesia seluruhnya.
"Dari hati yang terdalam, saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada Pak Presiden Prabowo, kepada komisi IV mitra saya, dan terutama maaf saya tentu kepada masyarakat Indonesia atas kericuhan yang terjadi karena foto yang beredar tersebut," kata Raja Juli di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (9/9/2025).
Ia mengaku hal ini menjadi pembelajaran bagi dirinya.
Sebagai pejabat publik, ia memahami harus berhati-hati dalam bertindak.
"Saya berharap ini menjadi pelajaran bagi saya sebagai pejabat publik untuk lebih hati-hati, lebih aspiratif, lebih mampu membaca sensitivitas masyarakat," ucap dia.
Lebih lanjut ia kembali menyampaikan klarifikasi bahwa momen bermain domino bersama itu sejatinya terjadi saat Raja Juli menemui eks Menteri P2MI Abdul Kadir Karding di Posko KKSS.
Karding merupakan Sekretaris Jenderal (Sekjen) KKSS.
Keduanya berbincang di ruang terpisah dari para pengurus lain yang tengah bermain domino, termasuk Aziz Wellang.
"Saya datang ke tempat beliau (Karding), ngobrol hampir tiga jam. Setelah itu saya mau keluar dan ada orang yang memang sedang bermain domino. Banyak, ada 20-30 orang di posko KKSS, KKSS itu Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan," jelas Raja Juli.
Saat hendak pulang, Raja Juli lalu diajak bermain dahulu.
Oleh karenanya, ia pun bermain hingga dua putaran hingga akhirnya memutuskan untuk pulang.
"Jadi saya dari toilet mau pulang, terus di (bilang) 'main dulu'. Mereka sedang main. Karena Mas Karding ada di situ, dua orang berdiri, saya duduk di sana. Dan saya cuma main dua kali, setelah itu saya pulang," jelas dia.
Wanti-wanti DPR
Meski sudah diklarifikasi, masalah ini tidak luput dari perhatian legislator.
Anggota Komisi IX DPR RI Irma Suryani Chaniago meminta para menteri Kabinet Merah Putih belajar dari keteledoran yang membuat DPR RI didemo besar-besaran selama beberapa hari terakhir.
“Menteri-menteri juga harusnya belajar dari apa yang diterima DPR hari ini, gitu ya, tidak kemudian melakukan hal-hal yang kemudian akan kembali mencoreng nama pemerintah,” kata Irma, saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (8/9/2025).
Irma mengatakan, DPR RI betul-betul merasa malu dengan kelakuan sejumlah anggotanya yang berjoget dan menyampaikan pernyataan arogan, sehingga membuat publik marah.
Pihaknya kemudian membuka diri dan melakukan koreksi agar tidak melukai hati masyarakat.
Ia berharap, pemerintah tidak sampai menjadi korban keteledorannya sendiri sebagaimana DPR RI.
Keteledoran-keteledoran itu, kata dia, bisa membuat masyarakat tidak lagi mempercayai pemerintah maupun DPR dan membawa dampak yang besar bagi semua pihak.
“Cukup DPR hari ini menjadi korban karena keteledoran kami,” tandas Irma.
Posting Komentar