ZMedia Purwodadi

Indonesia vs Lebanon: Indonesia Unggul Jauh dari Lebanon berdasarkan Nilai Pasar

Table of Contents

JagoanBlog.com-Indonesia menggelar persiapan untuk kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan memanfaatkan FIFA Matchday. Setelah berhasil melakoni laga pertama dengan skor telak 6-0 atas Taiwan, Timnas akan melakoni laga FIFA Matchday kedua melawan Lebanon.

Kedua tim sama-sama berasal dari konfederasi AFC dan berada di papan tengah peringkat FIFA. Namun ketika bicara soal total valuasi skuad, jarak yang terbentang cukup jauh.

Nilai Pasar Indonesia Unggul Jauh dari Lebanon

Menurut data transfermarkt, total nilai pasar skuad Indonesia mencapai Rp 519,28 miliar. Jumlah ini belum termasuk beberapa nama yang absen karena cedera dan alasan lain seperti Ole Romeny dan Mees Hilgers.

Angka ini menunjukkan perkembangan pesat sepak bola nasional dalam beberapa tahun terakhir. Kehadiran banyak pemain keturunan yang kini memperkuat tim Garuda menambah kekuatan serta menambah bobot nilai pasar untuk Indonesia.

Dari 29 pemain yang masuk daftar pemanggilan untuk FIFA Matchday, 51,7 persen merupakan pemain yang bermain di luar negeri. Rata-rata usia tim pun tergolong ideal, yakni 26,7 tahun.

Sementara itu, Lebanon datang dengan skuad yang jauh lebih sederhana. Total nilai pasar tim Rp 108,5 miliar, dengan rata-rata usia 28 tahun dan mayoritas pemain masih berkarir di liga domestik. Dari 27 nama yang dipanggil, hanya tujuh yang bermain di luar negeri.

Namun posisi Lebanon sedikit unggul dalam ranking FIFA. Lebanon berada peringkat 112, sementara Indonesia berada di peringkat 118. Namun dari segi valuasi, ketimpangan terlihat jelas dengan jarak lebih dari Rp. 400 miliar.

Pemain Kunci Timnas Indonesia

Indonesia punya beberapa nama yang jadi sorotan utama baik dari segi permainan maupun nilai pasar. Di lini belakang, Jay Idzes yang kini membela US Sassuolo di Serie A menjadi pemain termahal dengan valuasi Rp 130,36 miliar.

Disusul Kevin Diks, bek Borussia Monchengladbach yang memiliki nilai Rp 86,91 miliar serta Calvin Verdonk yang resmi bergabung dengan Lille di Ligue 1 Prancis dengan nilai sekitar Rp 48,3 miliar. Kombinasi ketiganya menjadikan pertahanan Garuda benar-benar berkelas Eropa.

Di sektor tengah, Thom Haye (Rp 17,38 miliar) dan Marc Klok (Rp 6,95 miliar) membawa keseimbangan. Sementara lini serang kembali bergantung pada sosok Marselino Ferdinan yang kini memperkuat AS Trencin di Slovakia dengan nilai Rp 5,21 miliar.

Nama lain yang patut diperhatikan adalah Miliano Jonathans dari FC Utrecht (Rp 15,64 miliar) serta Ramadhan Sananta yang tampil impresif di Brunei DPMM (Rp 4,78 miliar).

Tidak bisa dilupakan di bawah mistar gawang ada Emil Audero, kiper Cremonese dengan nilai Rp 55,62 miliar. Kehadiran Audero sekaligus menjadikan posisi penjaga gawang Indonesia salah satu yang paling elite di Asia Tenggara.

Lebanon Andalkan Pengalaman

Berbeda dengan Indonesia yang penuh talenta muda dan pemain diaspora, Lebanon datang dengan materi yang lebih berpengalaman namun dengan nilai pasar yang lebih rendah.

Penjaga gawang utama Mostafa Matar dari Nejmeh SC hanya bernilai sekitar Rp 6,6 miliar, sementara kiper senior Mehdi Khalil (33 tahun, Al-Ahed) dengan 53 caps nilai pasarnya Rp 3 miliar.

Di lini belakang, Hussein Zein (Rp 6,1 miliar) dan Kassem El Zein (Rp 4,3 miliar) akan jadi tumpuan. Sedangkan di lini tengah, pemain veteran Mohamad Haidar dengan 92 caps meski hanya bernilai Rp 4,3 miliar tetap menjadi motor serangan berkat pengalamannya.

Untuk lini depan, Lebanon menaruh harapan pada striker muda Samy Jr. Merheg (18 tahun, Deportivo Pereira) dengan nilai Rp 4,3 miliar, meski pengalaman internasionalnya masih minim.

Pertemuan Indonesia vs Lebanon ini bukan hanya soal persiapan menuju agenda internasional, tapi juga perbandingan arah pembangunan sepak bola kedua negara. Indonesia jelas sedang melaju dengan investasi besar pada pemain keturunan yang merumput di Eropa. Nilai pasar mereka yang tinggi jadi cerminan eksposur ke liga top dunia.

Di sisi lain Lebanon masih mengandalkan kekuatan lokal. Walau ranking FIFA mereka sedikit di atas Indonesia, dari segi pengembangan tim dan daya saing jangka panjang, Indonesia terlihat lebih siap menatap masa depan.

Dengan selisih nilai pasar lebih dari Rp 410 miliar, Indonesia difavoritkan untuk mendominasi. Namun sejarah sepak bola selalu membuktikan, angka di atas kertas tidak selalu berbanding lurus dengan hasil di lapangan.

Laga uji coba ini bisa menjadi ajang pembuktian apakah Garuda mampu menerjemahkan keunggulan finansial menjadi kemenangan atau justru tersandung oleh nilai pasar yang jauh di bawahnya.

Posting Komentar