ZMedia Purwodadi

Kisah Tragis dari Kampung Cae sebagai Refleksi Janji Politik dan Kepekaan Sosial

Table of Contents
JagoanBlog.com - Hinggar bingar kenaikan tunjangan anggota DPR yang sempat menyeruak bahkan menjadi mesiu yang membakar semangat mencari keadilan masyarakat dan menjadikan pemicu terjadinya demonstrasi besar di beberapa daerah dan berujung pada hadirnya kemauan berjanji (lagi) anggota DPR di depan perwakilan mahasiswa untuk menghilangkan tunjangan sesuai tuntunan suasananya sudah melandai.

Namun cerita yang bernuansa peningkatan kesejahteraan para wakil rakyat itu ditutup dengan sebuah cerita tragis penuh keironisan yang bersumber dari sebuah kampung Cae, Desa Kiangroke, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung.

Seorang ibu muda berinisial EN (34) berani mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya dengan melakukan bunuh diri dan dengan tega mengambil keputusan yang sama dibarengkan untuk kedua orang anaknya AA (9) dan AAP (11).

Tragedi kemanusiaan ini terjadi karena beban hidup yang membersamainya. Kondisi komunikasi rumah tangga yang tidak baik-baik saja, lilitan utang yang sulit terbayarkan serta tekanan psikologis dari lingkungan sekitarnya telah melengkapi akhir hidup mereka.

Ruang kesadaran melaksanakan janji politik

Ini sangat jelas menampar siapapun terutama para pemegang kebijakan yang memiliki tugas dan amanat yang kadang terikat kuat dengan janji-janji politiknya untuk mensejahterakan warga masyarakat.

Seperti yang sering kita saksikan bagaimana para calon anggota legislatif dan eksekutif senantiasa menawarkan aroma yang manis pada saat kampanye. Berbagai janji dilontarkan seolah-olah semua urusan dan masalah konstituen akan selesai apabila dirinya terpilih.

Tidak tanggung-tanggung para peserta pertarungan politik rela mengeluarkan uang ratusan juta bahkan miliaran rupiah dalam waktu sesaat untuk mencapai ambisi politiknya.

Namun setelah kursi-kursi empuk itu diduduki, tim kampanye yang pada momentumnya hadir sampai ke rumah-rumah warga menghilang tanpa jejak dan segenap masalah warga yang faktual terjadi nyaris menjadi masalah pribadi yang harus dicari solusinya secara pribadi.

Menurunnya empati sosial antara warga

Terjadinya tindakan bunuh diri dengan segenap masalah yang dihadapi oleh warga masyarakat siapapun mereka menjadi sebuah indikasi bahwa semangat saling peduli, dan kepekaan sosial sesama warga sudah perlahan menghilang dan menjadi barang langka.

Kebiasaan hidup yang mengarah kepada individualisme telah nyata terjadi seiring tingginya tuntutan kebutuhan hidup yang tiada berujung laksanakan putaran jarum jam.

Sikap tak acuh pun menjadi identitas masyarakat kekinian karena pada kenyataannya siapapun jadi lebih fokus melihat kondisi dirinya sendiri.

Kejadian Bu EN dan kedua anaknya menjadi alarm kuat agar kita bangkit untuk menguatkan rasa kebersamaan tanpa harus memandang rendah siapapun dengan masalah yang dimilikinya.

Kebiasaan orang tua kita yang senantiasa berkumpul di "Golodog" atau tepas rumah panggung sebenarnya menjadi pertanda kuatnya saling memperhatikan sesama tetangga terdekat termasuk menjadi ruang berbagi keluh kesah tetangga yang memang perlu didengarkan dan ini menjadi saluran tekanan psikologis bagi orang yang memiliki masalah.

Evaluasi program pemberdayaan masyarakat

Dari Kampung Cae kita harus belajar tentang menelisik kondisi masyarakat kekinian dan ini harus menggugah para aparat kewilayahan untuk memiliki data kondisi masyarakat dengan berbagai masalah yang dihadapinya, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan dasar masyarakat baik kesehatan, pendidikan dan lapangan pekerjaan.

Dengan data yang tersedia aparat kewilayahan dapat mengambil langkah strategis untuk memaksimalkan berbagai program pemerintah yang digulirkan untuk peningkatan kapasitas warga dan bermuara pada peningkatan ekonominya.

Banyak program yang sebenarnya bisa dialihkan untuk membantu masyarakat yang miskin. Seperti program penguatan para pendamping program yang ujung-ujungnya lebih bersifat rekreasi. Sejatinya penguatan pendamping program bisa dan boleh dilaksanakan manakala permasalahan di akar rumput sudah terselesaikan.

Selain itu dengan ketersediaan data yang diakumulasikan oleh pengurus wilayah di tingkat rukun tetangga sejatinya bisa dijadikan rujukan penyerapan manfaat dari pemerintah atau lembaga lainnya seperti BAZNAS, CSR Swasta atau BUMN/BUMD atau program dari Parpol.

Selain itu semoga stigma yang menegaskan bahwa bantuan itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang ada dipusaran kekuasaan baik tingkat RT sampai tingkat pusat bukanlah fakta, kalaupun itu menjadi sebuah fakta maka saatnya kita untuk memperbaiki diri.

"Setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya", begitu hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.

Hadis ini menekankan bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab memimpin dalam lingkup masing-masing, baik itu masyarakat, keluarga, ruang pekerjaan, maupun diri sendiri, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah kepemimpinan tersebut di akhirat kelak.***

Penulis

Rahmat Suprihat, S.Pd

Pemerhati Sosial Kota Bandung

Guru SMPN 55 Kota Bandung

Posting Komentar